Saturday, May 6, 2017

Cupang adu BAGAN & Katong Medan

Pada mulanya sebelum kedatangan cupang modren orang sumatera menggunakan cupang imbelis yang mereka tangkap dari rawa-rawa daerah tempat mereka tinggal. Betta imbellis adalah sejenis cupang yang terdapat Medan Indonesia dan Malaysia yang memiliki bentuk tubuh silinder dan memiliki warna tubuh hijau tua atau biru cemelang,kepalanya berbentuk bulat panjang dan berwarna hitam legam. Sirip ingsang berwarna hitam transparan. Namun kerap di jumpai sirip ingsang berwarna merah adapun sirip anal pendek dan berwarna merah dengan ujung berwarna putih,sirip ekor dan perut berwarna merah dan tepi sirip berwarna hijau atau biru. Sementara sirip punggung berwarna hijau atau biru dihiasi dengan bercak warna hitam. Cupang ini merupakan cupang yang asli dari perairan Indonesia. Merupakan cupang adu yang sering dijadikan cupang aduan.

 ( Betta Imbelis )


Arena pertarungan biasa dimulai pada siang hari dan itu dilakukan setiap hari atau ketika pemain menyelesaikan pekerjaan sehari-hari mereka. Orang-orang berkumpul perlahan di area publik di desa, orang tua, pemuda dan anak. Arena pertempuran menjadi platform bermain untuk segala usia penduduk desa untuk datang dan bergabung dengan kegiatan tersebut dan itu sangat menyenangkan. Para pemain ikan imbellis membatasi diri kepada sang lawan, bahwa kemungkinan untuk bermain judi yang menyenangkan. Para pemain membawa imbellis dalam botol yang berukuran sedang dan ditaruh dalam box kecil ataupun ditaruh dibawah pohon yang cukup teduh. Mereka membahas tentang cupang aduan yang mereka miliki dan segera menantang pemain lain untuk taruhan. metode yang digunakan adalah besar ikan harus sama saat dilihat dari atas botol dan dari samping botol, paraturan ini diterima oleh banyak pemain ikan sudah sejak lama, setelah deal kedua ikan yang sudah cocok secara ukuran akhirnya dimasukkan kedalam toples setelah itu toples ditutup dengan plastik bening dan direkatkan menggunakan karet gelang. perlahan botol dipindahkan kembali kedalam box dan saat itu pertarungan telah dimulai, para pemain dan pendukung duduk mengelilingi toples dengan jarak 1-2 meter agar tidak mengganggu ikan yang sedang bertarung dikarenakan karena betta imbelis yang digunakan saat itu adalah tangkapan liar menjadikan ikan cupang ini rentan terganggu oleh gerakan tiba-tiba dari para pemain ikan cupang yang menonton. Periode pertarungan umumnya memakan waktu 15-30 menit, tetapi beberapa pemain mengatakan kadang dapat lebih dari 1 jam. 

Pros + : Petarung yang cepat dibandingkan dengan jenis betta yang lain

Cons - : Tidak memiliki hati yang kuat,gampang kaget,suka melompat dari toples

Ciri : Memiliki warna yang pudar (tidak terlalu mencolok), berbadan silinder lebih terkesan seperti anakan ikan kutok (gabus) jika baru ditangkap, memiliki persatuan warna merah,biru,hijau, dengan dominasi kehitaman jika marah
BAGAN

Cerita ikan cupang aduan di Indonesia membuka halaman baru di akhir abad ke-19, atau lebih dari 100 tahun yang lalu, ketika kelompok pertama orang-orang Cina di Songkhla Thailand berlayar ke pantai Bagan Siapiapi, maka kisah legenda Cupang Bagan dimulai.
Kelompok pertama dari peternak Cina di Bagan Siapiapi melahirkan ikan Cupang aduan hanya untuk bermain di antara kelompok mereka sendiri. Kemudian perlahan-lahan menyebar ke propinsi lain yang sudah memainkan Betta Imbellis sejak lama. sejak sekitar tahun 1920 cupang bagan, silangan antara cupang Thailand dengan cupang lokal dikirimkan ke Jakarta sekitar tahun 1975-1985 terbukti ikan dari bagan memiliki hati (mental) yang sangat baik, cupang bagan memiliki gigi yang sangat tajam dan bertarung hingga nafas terakhir.

 ( Cupang Bagan )

Namun belakangan segelintir peternak Bagan sejak beberapa dekade sudah mulai menyilangkan Fighter-nya dengan strain Singapura (sekitar 1980-1990 Aduan Import Singapura sangat populer di Indonesia). Singapura sendiri belakangan diketahui sebagian besar strain aduan mereka adalah hasil persilangan dengan cupang adu Ipoh Malaysia jadi bisa dibilang strain asli saat pertama kali bagan ditemukan telah hilang karena sudah mix dengan banyak varian complex betta.

Penulis meyakini jika ingin menemukan kembali strain dari bagan cara satu-satunya adalah begin from the strecth (mulai dari awal ) dimulai dari mengawinkan female imbelis x male smaragdina dan sebaliknya karena bagan siapi-api sama seperti daerah sumatera yang lain juga mempunyai imbelis liar tinggal nyari di depan rumah, atau female smaragdina x male siamorientalis (splenden) karena dari sejarah yang penulis tau imigran yang datang dijaman itu ke daerah bagan siapi-api membawa serta ikan cupang dari tempatnya berasal dan itu adalah siamorientalis. But im pretty sure is it not that simple karena dari sejarahnya juga pada awalnya ikan dari daerah Bagan juga tidak langsung merajai arena di sumatera tapi butuh waktu 2-3 tahun untuk naik jadi dapat disimpulkan peternak Bagan juga mencari strain yang terbaik memakan waktu yang tidak sebentar.

Pros + : Damn ini ikan STRONG cuy badan keras tahan pukul , gigi ajem makan besi

Cons - : Susah nyarinya belum lagi klo ketemu strain gampang sakit karena terlalu sering dikawinin sedarah

Ciri : Biasanya Bagan berwarna kehijauan dengan sedikit semburat hitam atau merah dan mempunyai dasi yang panjang berwarna hitam dengan ujung putih remember ya bukan merah tapi hitam lalu memiliki badan sedikit memanjang dengan totol batik dibagian siripnya

Sejarah Singkat Ikan Laga

Ikan Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thai, Malaya, Brunei, Singapura, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli wild form (cupang liar) ,salah satunya adalah Imbelis yang dapat ditemukan di pulau sumatra.

(imbelis liar banyak ditemukan di pulau sumatera)

Ikan Cupang termasuk ikan yang mempunyai sejarah cukup panjang. Pada tahun 1849 Theodor Cantor menerbitkan sebuah artikel tentang ikan petarung yang kemudian dinamainya dengan Macropodus pugnax. Pada tahun 1909 C. Tate Regan menyadari bahwa pendapat Cantor salah dan sebenarnya pugnax adalah spesies yang sebelumnya memang sudah ada di alam. Regan menamai kembali ikan petarung Cantor dengan nama Betta splendens yang dikenal sampai sekarang
Sebenarnya semua jenis Betta splendens (cupang) yang tersebar di seluruh dunia berasal dari jenis sirip pendek (plakat) dan selama bertahun-tahun jenis ini banyak dipelihara oleh orang-orang di Thailand. Disana mereka memijahkan ikan petarung ini dengan jenis cupang liar. Tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan petarung yang hebat, baik dari segi kekuatan, ukuran, gaya bertarung dan warnanya.
Seleksi ini dilakukan dengan melakukan penyilangan dengan cupang dari breeder lain. Pemenangnya akan menjadi model untuk generasi petarung berikutnya.

Karena tidak ada seleksi alam, maka setelah beberapa generasi, cupang yang diperoleh justru mempunyai sirip dada dan punggung yang panjang. Ikan ini tidak mempunyai “jiwa petarung” karena tidak agresif dan tidak dapat bergerak dengan cepat jika dibandingkan dengan cupang bersirip pendek lainnya. Cupang dengan sirip yang panjang ini akhirnya hanya dapat dinikmati keindahannya saja. Sebenarnya jenis cupang seperti ini sudah ada sejak orang-orang Eropa dan Amerika datang ke Asia Tenggara pada tahun 1850. 

( Cupang silang berbuntut panjang nanggung )

Sekitar tahun 1960an, breeder India berhasil mendapatkan anakan cupang yang mempunyai dua helai sirip ekor sehingga disebut dengan jenis doubletail. Ciri khas dari jenis ini adalah sirip dada yang sangat lebar dan tubuhnya sedikit pendek. Karena ingin menghilangkan cirri-ciri ini,maka mereka menyilangkan cupang doubletail dengan jenis sirip tunggal,tetapi kemudian hasil yang diperoleh justru bermacam-macam bentuk sirip dada dan perut.
Perlahan-lahan hobi memelihara ikan hias mulai melanda Eropa dan Amerika. Asia meresponnya dengan melakukan persilangan cupang bersirip panjang secara besar-besaran. Sekarang para pehobi di Eropa dan Amerika lebih selektif dalam memilih ikannya supaya karakteristik ikannya tetap terpelihara. Pada tahun 1960, breeder Amerika, Warren Young berhasil menyilangkan cupang dengan sirip yang sangat panjang dan dinamainya dengan “cupang Libby”, sesuai dengan nama istrinya. Ikan ini kemudian dijual ke pehobi di seluruh dunia dan terutama ke peternak di Asia. Jenis inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis veiltail. 





 (Cupang Veiltail)


Beberapa tahun belakangan ini berbagai jenis ikan dengan sirip yang beraneka ragam mulai ditemukan. Breeder Indonesia Ahmad Yusuf menemukan jenis serit (crowntail). Jenis ini mempunyai ciri khas tulang siripnya tumbuh melampaui sirip. Oleh karena itu penampilannya seperti sisir sehingga ikan ini juga disebut jenis combtail.

Tetapi penemuan dari jenis sirip dan ekor yang lain masih terus dikembangkan. Semua orang di seluruh dunia masih berusaha mengembangkan halfmoon dan serit supaya penyebaran sirip dan bentuk ekornya semakin baik. Pada persilangan halfmoon, yang diutamakan sekarang adalah penyebaran dan pertumbuhan tulang sirip (halfmoon dengan 4, 8 dan 16 tulang). Semakin baik persebaran tulang sirip maka semakin baik pula dukungan terhadap ekor yang dibentuknya. 
( Crowntail atau Serit )