Ikan Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thai, Malaya, Brunei, Singapura, dan Vietnam.
Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif
dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang
umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan
cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli wild form (cupang liar) ,salah satunya adalah Imbelis yang dapat ditemukan di pulau sumatra.
(imbelis liar banyak ditemukan di pulau sumatera)
Ikan Cupang termasuk ikan yang mempunyai sejarah cukup panjang. Pada
tahun 1849 Theodor Cantor menerbitkan sebuah artikel tentang ikan
petarung yang kemudian dinamainya dengan Macropodus pugnax. Pada tahun
1909 C. Tate Regan menyadari bahwa pendapat Cantor salah dan sebenarnya
pugnax adalah spesies yang sebelumnya memang sudah ada di alam. Regan
menamai kembali ikan petarung Cantor dengan nama Betta splendens yang
dikenal sampai sekarang
Sebenarnya semua jenis Betta splendens (cupang) yang tersebar di seluruh dunia berasal dari jenis sirip pendek (plakat) dan selama bertahun-tahun jenis ini banyak dipelihara oleh orang-orang di Thailand. Disana mereka memijahkan ikan petarung ini dengan jenis cupang liar. Tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan petarung yang hebat, baik dari segi kekuatan, ukuran, gaya bertarung dan warnanya.
Seleksi ini dilakukan dengan melakukan penyilangan dengan cupang dari breeder lain. Pemenangnya akan menjadi model untuk generasi petarung berikutnya.
Sebenarnya semua jenis Betta splendens (cupang) yang tersebar di seluruh dunia berasal dari jenis sirip pendek (plakat) dan selama bertahun-tahun jenis ini banyak dipelihara oleh orang-orang di Thailand. Disana mereka memijahkan ikan petarung ini dengan jenis cupang liar. Tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan petarung yang hebat, baik dari segi kekuatan, ukuran, gaya bertarung dan warnanya.
Seleksi ini dilakukan dengan melakukan penyilangan dengan cupang dari breeder lain. Pemenangnya akan menjadi model untuk generasi petarung berikutnya.
Karena tidak ada seleksi alam, maka setelah beberapa generasi, cupang
yang diperoleh justru mempunyai sirip dada dan punggung yang panjang.
Ikan ini tidak mempunyai “jiwa petarung” karena tidak agresif dan tidak
dapat bergerak dengan cepat jika dibandingkan dengan cupang bersirip
pendek lainnya. Cupang dengan sirip yang panjang ini akhirnya hanya
dapat dinikmati keindahannya saja. Sebenarnya jenis cupang seperti ini
sudah ada sejak orang-orang Eropa dan Amerika datang ke Asia Tenggara
pada tahun 1850.
( Cupang silang berbuntut panjang nanggung )
Sekitar tahun 1960an, breeder India berhasil
mendapatkan anakan cupang yang mempunyai dua helai sirip ekor sehingga
disebut dengan jenis doubletail. Ciri khas dari jenis ini adalah sirip
dada yang sangat lebar dan tubuhnya sedikit pendek. Karena ingin
menghilangkan cirri-ciri ini,maka mereka menyilangkan cupang doubletail
dengan jenis sirip tunggal,tetapi kemudian hasil yang diperoleh justru
bermacam-macam bentuk sirip dada dan perut.
Perlahan-lahan hobi memelihara ikan hias mulai melanda Eropa dan Amerika. Asia meresponnya dengan melakukan persilangan cupang bersirip panjang secara besar-besaran. Sekarang para pehobi di Eropa dan Amerika lebih selektif dalam memilih ikannya supaya karakteristik ikannya tetap terpelihara. Pada tahun 1960, breeder Amerika, Warren Young berhasil menyilangkan cupang dengan sirip yang sangat panjang dan dinamainya dengan “cupang Libby”, sesuai dengan nama istrinya. Ikan ini kemudian dijual ke pehobi di seluruh dunia dan terutama ke peternak di Asia. Jenis inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis veiltail.
Perlahan-lahan hobi memelihara ikan hias mulai melanda Eropa dan Amerika. Asia meresponnya dengan melakukan persilangan cupang bersirip panjang secara besar-besaran. Sekarang para pehobi di Eropa dan Amerika lebih selektif dalam memilih ikannya supaya karakteristik ikannya tetap terpelihara. Pada tahun 1960, breeder Amerika, Warren Young berhasil menyilangkan cupang dengan sirip yang sangat panjang dan dinamainya dengan “cupang Libby”, sesuai dengan nama istrinya. Ikan ini kemudian dijual ke pehobi di seluruh dunia dan terutama ke peternak di Asia. Jenis inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis veiltail.
(Cupang Veiltail)
Beberapa tahun belakangan ini berbagai jenis ikan dengan sirip yang beraneka
ragam mulai ditemukan. Breeder Indonesia Ahmad Yusuf menemukan jenis
serit (crowntail). Jenis ini mempunyai ciri khas tulang siripnya tumbuh
melampaui sirip. Oleh karena itu penampilannya seperti sisir sehingga
ikan ini juga disebut jenis combtail.
Tetapi penemuan dari jenis sirip dan ekor yang lain masih terus dikembangkan. Semua orang di seluruh dunia masih berusaha mengembangkan halfmoon dan serit supaya penyebaran sirip dan bentuk ekornya semakin baik. Pada persilangan halfmoon, yang diutamakan sekarang adalah penyebaran dan pertumbuhan tulang sirip (halfmoon dengan 4, 8 dan 16 tulang). Semakin baik persebaran tulang sirip maka semakin baik pula dukungan terhadap ekor yang dibentuknya.
Tetapi penemuan dari jenis sirip dan ekor yang lain masih terus dikembangkan. Semua orang di seluruh dunia masih berusaha mengembangkan halfmoon dan serit supaya penyebaran sirip dan bentuk ekornya semakin baik. Pada persilangan halfmoon, yang diutamakan sekarang adalah penyebaran dan pertumbuhan tulang sirip (halfmoon dengan 4, 8 dan 16 tulang). Semakin baik persebaran tulang sirip maka semakin baik pula dukungan terhadap ekor yang dibentuknya.
( Crowntail atau Serit )
No comments:
Post a Comment